Review Film The Boy: Permainan Horor Sang Boneka

Thursday, May 12, 2016

Kenalkan, Mas Boy, eh... Dek Boy... eh Dek Brahms.

foto dari popsugar.com

Greta, cewek asal Montana yang jauh-jauh ke Inggris untuk menjadi pengasuh Dek Brahms. Kok, harus ke negara lain segala, sih? Memangnya di Amerika Serikat nggak ada lapangan pekerjaan, sampai-sampai Greta harus jadi TKAS (Tenaga Kerja Amerika Serikat)? Yaaah, selain gaji yang konon berjumlah besar, Greta rupanya punya tujuan pribadi, yaitu "bersembunyi" dari pasangannya yang KDRT.

Tiba di rumah Keluarga Heelshire, betapa kagetnya Greta mengetahui harus merawat sebuah boneka. Tapi, bukannya buru-buru kabur karena keanehan itu, Greta tetap bertahan. Begitupun ketika Ibu Heelshire membisikkan "Sorry" ketika akan berangkat berlibur. Belum lagi, masalah klasik rumah tua di semua film horor: terpencil dan tidak ada sinyal, boro-boro dapat jaringan Wi-Fi. Bayangkan, betapa tersiksanya tidak bisa update status dan upload foto selfie! Tapi, ngomong-ngomong, kalau keluarga Heelshire itu kuno dan tidak memahami teknologi, bagaimana mereka bisa menemukan Greta sebagai pengasuh? Apa dari agen? Apa Malcolm (kurir yang rutin mengantarkan barang belanjaan Keluarga Heelshire setiap minggu) yang membantu memasangkan iklan? Apa berdasarkan petunjuk dari sang boneka? Yaaah, anggap saja karena Bapak dan Ibu Heelshire sangat kaya, apapun mungkin terjadi. :-)

Logika-logika yang serba kebetulan itulah yang bertebaran sepanjang film. Pemeran Greta berakting seolah-olah ingin film itu segera berakhir. Pemeran Malcom berkarakter maunya flirty tapi kenyataannya nasty. Pengen dianggap cool ternyata kepo bin rempong. Masa iya pura-pura mampu meramal lewat bekas permen karet yang telah dikunyah? Adegan itu nggak ada romantis-romantisnya, Bro Sutradara! Jijik malah.

Formula horor yang disajikan film ini tidak ada yang mencekam, begitupun adegannya adalah berupa pengulangan yang level menakutkannya minus belaka. Suara-suara isakan, barang-barang berpindah tempat, rumah tua yang sering berderit serta hujan sepanjang masa. Penulis skenario dan sutradara sepertinya tidak mengeluarkan upaya ekstra untuk menciptakan adegan horor yang baru. Sepertinya, mereka lebih memilih untuk fokus pada kejutan di akhir film. Yang sayangnya, itupun gagal mengangkat level horor yang sudah minus tadi.


0 comments:

Post a Comment