Memilih Untuk Tidak Memilih

Thursday, April 10, 2014 Labels: , , , , ,

Hari ini, tanggal 9 April 2014, berlangsung Pemilihan Umum untuk menentukan partai dan wakil rakyat. Tidak seperti sebelumnya, pemilu kali ini, aku memutuskan tidak mengotori jari dengan tinta ungu. Walaupun ada godaan kopi dan atau krim es gratis, aku bergeming. Ceritanya konsisten, nih. Hehehe.

Lalu, mengapa aku nggak memilih? Simpel karena nggak ada partai dan calon yang memikat hati. Dulu, masih ada partai yang katanya menjunjung keadilan dan kesejahteraan sepertinya bisa menjadi harapan. Namun, sebaik anggota dan wakil partai itu wara-wiri di persidangan kasus korupsi dan menggandeng anak kecil sebagai entah istri yang keberapa, ya sudah. Sori sori, jek. Partai itu pun aku anggap mati.

Benar, deh. Wakil rakyat itu dinilai dari program yang diusung. Tapi, sampai hari pemilihan, aku nggak tahu partai apa, calon apa, programnya apa. Seminggu sebelum pemilu saja, aku lebih tahu ada diskon di kafe yang baru buka dekat rumah, pengobatan alternatif di Srengseng, dan program turun berat badan sampai 100 kilogram bergaransi. Tahulah maksudnya, ya. Artinya nggak sulit menjelaskan kepada warga janji-janji para calon dalam membangun bangsa. Eh, tapi, tunggu dulu! Benar, kan, ini para calon ikut mencalonkan diri karena berniat membangun Indonesia? Bukan supaya bisa "indehoi" (astaga istilah ini) sama artis, punya istri seratus, atau menjual aset negara untuk kocek pribadi? Semoga tidak begitu, ya.

Masalah coblos atau tidak mencoblos, harusnya tidak menjadi pertengkaran ya. Jangan sampai yang punya semangat 45 untuk memberikan suara menganggap rendah si golongan putih. Jika tidak memilih, katanya golongan putih nggak boleh berani memprotes kebijakan negara bilamana tidak sesuai dengan keadilan. Bahwa golongan putih tidak turut serta dalam proses membangun dan memajukan bangsa. Hahaha, iya deh. Dikira golongan putih itu warga alien yang nggak punya KTP Indonesia dan nggak membayar pajak (bagi warga yang wajib pajak), mungkin, ya?

Kalau begitu, sesama golongan putih-putih melati, yuk tempelkan ujung jarimu yang bercahaya dan berkata dengan suara parau, "Golput phone hooome."

0 comments:

Post a Comment