Indonesia... Kaya!!!

Saturday, April 16, 2016

Saya kecanduan! Ya, kecanduan datang ke Galeri Indonesia Kaya. Sebenarnya, dari awal tahun saya ingin sekali mengunjungi galeri budaya Indonesia yang beralamat di Grand Indonesia ini. Tapi, selalu saja saya lupa, tidak punya waktu karena sedang sibuk, dan alasan lainnya yang sejujurnya diada-adakan saja. Hehehe.

Akhirnya minggu lalu saya bisa menjejakkan kaki ke tempat ini. Aksesnya gampang. Naik bus TransJakarta dari mana saja, turun di halte Tosari. Kalau menggunakan kereta Commuter Line, turun di Stadiun Sudirman (Dukuh Atas). Kemudian, melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Jangan keburu malas dulu. Jaraknya dekat, kok. Setidaknya menurut saya. Hehehe.

Masuk ke Grand Indonesia West Mall, GIK terletak persis di samping sinema Blitz Megaplex di lantai delapan. Dan, sapaan "Selamat Datang" dari berbagai bahasa suku-suku di Indonesia menyambut kedatangan kita. Lalu ada pengenalan alat musik tradisional yang interaktif dan kita bisa memainkan alunan nada-nada hanya dengan menyentuh layarnya. Yang paling menarik menurut saya adalah Arungi Indonesia. Serasa terbang mengelilingi dan mengunjungi Indonesia. Bagi yang narsis pasti suka Selaras Pakaian Adat. Berfoto pakaian adat digital dan langsung mengunggahnya ke media sosial. Lucu banget, kan?

Favorit saya adalah berbagai pertunjukan yang ditampilkan di sini. Ya, hampir setiap hari adaaa saja kegiatan budaya yang rata-rata bisa kita saksikan gratis. Minggu lalu saya menyaksikan pertunjukan tari "Rang Rumah" yang mungkin akan saya ceritakan secara terpisah. Besok, saya akan menonton musik jazz "Puan Bernyanyi". Minggu depan, nonton apa lagi ya? Yuk, langsung cek jadwalnya dan reservasi.

Banned For Life: Coffee Lamer

Monday, April 4, 2016

Pertama kali mengunjungi kafe ini ketika mereka launching kira-kira akhir tahun lalu. Waktu itu, saya memilih bagian indoor yang terlihat nyaman dan cozy dan terang dengan sofa-sofa empuk, wangi, pendingin ruangan, dan tentunya bebas dari asap rokok. Karena niatnya untuk ngopi, pesanan saya dan seorang teman ketika itu tentu saja kopi. Saya menyukai coffee blend dengan campuran orange yang saya pesan. Sangat dingin. Benar-benar blend. Terkesan dengan pelayanan super ramah dan rasa coffee blend yang pas, saya datang lagi kira-kira seminggu kemudian. Namun, tidak untuk makan di restorannya, tetapi membawa pulang pesanan.

Hari ini, baru saya datang lagi ke sana. Niatnya hanya memesan Tom Yam. Betapa kagetnya saya ketika membuka pintu untuk masuk ke bagian indoor, oh la la bau apek asap rokok bercampur AC langsung menyergap. Ruangan indoor yang dulu penuh sofa-sofa empuk masih sama. Tapi, tidak lagi nyaman tidak lagi wangi. Baunya memuakkan. Beberapa om-om berwajah Arab menikmati shisha. Dan ada, cewek-cewek Arab di pangkuan Om-om itu. Langsung pengin muntah. Seketika itu saya keluar.

Terlanjur pesan, ya sudah akhirnya duduk di luar saja. Dasar hari saya lagi apes, tiba-tiba pelayan membuka pintu indoor lebar-lebar, sehingga bau apek memuakkan yang berpusat di bagian indoor tadi tercium sampai ke bagian luar ruangan. Masih saya sabar-sabarin menunggu pesanan.

Hore, pesanan Tom Yam akhirnya datang. Tapi eh tapi baru menyuap sesendok, rasanya luar biasa asiiiiin seperti makanan Mpok Juwi yang minta dikawinin Abang Jampang. Akhirnya, saya minta Tom Yam itu dibungkus saja dan menambah pesanan milkshake untuk menetralisir asin yang terkadung menempel di lidah saya. Keduanya untuk dibawa pulang.

Pelayan yang saya minta tolong untuk membungkus makanan itu sangat tidak ramah. Apalagi ternyata dia bertugas untuk membakar shisha shisha di bagian depan kafe. Jadi, saya semakin jijik. Terbayang tangan yang sehabis menyentuh shisha itu kemudian memegang makanan dan minuman pesanan orang lain. Dan, di atas semua itu, pesanan milkshake yang minta dibawa pulang, malah disajikan dalam gelas. Pelayan yang sudah tidak ramah ternyata super tolol. Benar-benar hebat.

Di awal sebenarnya, saya sangat terkesan dengan baristanya yang keramahannya sangat jempol menurut saya. Sekelas dengan teman-teman Filosofi Kopi yang sampai saat ini selalu saya datangi seminggu sekali. Tapi, ternyata true color sang barista tidak seperti itu. Jadi, saya yang ingin buru-buru pergi dari tempat itu langsung ke kasir untuk membayar. Ternyata oh ternyata, petugas kasirnya adalah barista tersebut. Dan barista itu menyuruh saya menunggu karena dia masih sibuk. Oh, ya, posisi kasir adalah di bagian indoor yang penuh dengan shisha-shisha itu. Jadi, rasakan penderitaan saya yang sangat tidak menyukai asap rokok dan teman-temannya itu ketika disuruh menunggu lebih lama untuk membayar.

Tapi, ya sudah. Saya tahan-tahan saja. Eh, ketika akhirnya dia datang. Saya bilang saya tidak akan ke sini lagi karena pelayanannya menyebalkan. Dan saya minta milkshake dibawa pulang kenapa datang pakai gelas? Di mana-mana, setiap industri saja akan menjawab PERMOHONAN MAAF terlebih dahulu. Tapi, tidak. Si barista diam saja. Sibuk menghitung pesanan. Eh, begitu perhitungan sudah keluar, ternyata oh ternyata, minuman saya di-charge dua kali! Saya makin bete dan langsung bilang, "Itu dua kali!" Eh, sang barista nyolot kalau memang segitu kan saya pesan minumnya dua kali. Saya pandangi saja barista tolol itu dengan pandangan membunuh dan menyebutnya TOLOL. Akhirnya, dia sadar kalau salah memasukkan dua kali minuman. Dia pun kembalikan uang saya dengan benar.

Berhubung dia kasir sekaligus barista, dia juga yang memindahkan milkshake ke wadah untuk dibawa pulang. Saya tidak tahan menunggu lagi di bagian indoor yang penuh om-om Arab memangku cewek-cewek Arab menghembuskan shisha yang super bau itu, jadi saya menunggu di luar. Tapi, dari pintu saya perhatikan bagaimana mereka mengerjakan milkshake tersebut? Jangan sampai ada adegan meludahi. Bukan apa-apa, dari awal sampai akhir yang tidak ada PERMOHONAN MAAF sama sekali dari barista dan pelayan, tentu karena pikiran mereka penuh niat jahat lain buat minuman itu. Sayangnya, saya tidak mendapat pemandangan jelas yang membuat saya yakin apakah minuman itu memang benar-benar bersih dari dikerjai atau tidak. Akhirnya, milkshake pesanan saya itu saya berikan pada tukang bajaj yang kebetulan papasan di jalan.

Sayang sekali, Coffee Lamer. Sekarang kamu masuk daftar Banned for Life-nya saya. Di mana kafe/resto enak dan nyaman yang saya datangi saat grand launching? Yang pelayan/baristanya super ramah, kasual, dan kekinian? Sekarang justru bertampang jutek, kaku, dan tidak sopan dan tidak ramah. Mana tempat duduk indoor yang adem, nyaman, dan wangi itu? Berganti dipenuhi om-om Arab pangku-pangkuan dengan cewek-cewek Arab dengan cahaya remang-remang dan hembusan asap rokok dan shisha dengan gempuran pendingin udara.

Ternyata, benar kalau ada yang bilang nama adalah doa. Coffee Lamer mengambil nama Lampu Merah, media yang terkenal dengan tajuk utamanya yang vulgar. Oleh sebab itu, benar juga kalau Coffee Lamer dipenuhi om-om yang pangku-pangkuan dengan cewek-cewek rok mini dan menghembuskan shisha. Mungkin kafe itu berniat menciptakan headline vulgar mereka sendiri!